Rabu, 13 Juli 2011

FDJ Pangemanann

Seorang Pribumi perintis pers Melayu dan penulis cerita dengan gaya baru (tidak tradisional). Ia juga seorang wartawan dan pengarang novel pada awal munculnya kesusastraan modern Indonesia. Lahir pada tahun 1870 dan meninggal pada tahun 1910. Ia adalah orang Manado yang aktif sebagai wartawan dan redaktur di Batavia dan Bandung. Pada tahun 1894-1906 ia menjadi redaktur majalah Bintang Betawi. Karyanya antara lain Tjerita Rossina (novel, 1903), Si Tjonat (1900). Ia kemudian bekerja di harian Perniagaan.

Hasil karyanya sudah menggunakan bahasa Melayu, bukan Belanda atau bahasa ibunya. Pada masa itu ada dua Pangemanan yang terkenal, JH dan FDJ Pangemanann. Supaya bisa dibedakan, FDJ menulis nama marganya (dari Minahasa) dengan dobel "n". JH Pangemanan dikenal sebagai pemimpin redaksi koran Melayu Djawah Tengah (terbit: Semarang 1913-1938) juga pendiri dan ketua Roekoen Minahasa (1912).

Sedang FDJ Pangemanann semula dikenal sebagai wartawan atau redaktur surat kabar Bintang Betawi (terbit: Betawi 18941906), surat kabar ke-10 yang pernah terbit di Betawi. Dengan gulung tikarnya Bintang Betawi, pindah ke harian Kabar Perniagaan (terbit: Betawi 1903-1907; 1907 berubah menjadi Perniagaan sampai 1930; 1930 berubah lagi menjadi Siang Po sampai jatuhnya Hindia Belanda pada tahun 1942, ia juga menjadi pemrakarsa pendirian organisasi wartawan pertama waktu itu. Diberitakan bahwa atas prakarsanya, redaktur Kabar Perniagaan, pada 6 Januari 1906 di Betawi telah didirikan Maleische Journalisten Bond. Pada peresmian organisasi ini hadir para undangan yang terdiri dari redaktur, koresponden, dan pengusaha percetakan. Pengurusnya mencakup Clockener Brousson sebagai ketua, F. Wiggers sebagai wakil ketua, Pangemanann sebagai sekretaris, dan Phoa Tjoen Hoat sebagai bendahara. Dia bersama dengan R.M Tirto Adhisoerjo, atas nama pers Melayu mulai melancarkan kritik terhadap perilaku pejabat yang tidak patut sebagai upaya untuk memperbaiki keadaan sosial. Aksi ini dalam sejarah pers di Hindia telah membuka jalan bagi lahirnya pers nasional di kemudian hari. Dia juga menulis cerita-cerita bersambung dalam Bintang Betawi. Cerita pertamanya, Njerita Rossina pada mulanya diumumkan dalam surat kabar tersebut (1903). Karya lain karya Pangemanan bertajuk Tjerita Si Tjonat yang dirilis pada tahun 1900.

Karya-karya Pangemanann
Si Tjonat
Atau Si Conat, novelet berbahasa Melayu Rendah yang ditulis oleh wartawan dan penulis Manado, FD.J. Pangemanan, dan diterbitkan oleh Tjoe Toei Yang, Batavia, pada tahun 1900. Seperti lazimnya karya fiksi Melayu-Rendah pada zaman itu, novelet ini juga berdasarkan peristiwa-peristiwa nyata yang menjadi pemberitaan pers pada zamannya. Si Tjonat adalah pemimpin gerombolan perampok di Batavia yang banyak melakukan kejahatan terhadap orang-orang Belanda, Cina, dan pribumi. Kehebatan dan kekejaman kejahatannya itulah yang banyak diceritakan. Novelet ini amat digemari oleh pembaca Indonesia, sehingga berkali-kali dibuat sebagai cerita pentas dalam teater modern di kota-kota sampai tahun 1930-an.

Novelet ini kemudian difilmkan oleh Batavia Motion Picture pada tahun 1929. Film ini agaknya secara khusus ditujukan untuk penonton Cina. Seperti noveletnya yang dikarang oleh FD.J. Pangemanan, berkisah tentang Tjonat, seorang bandit pribumi yang menculik gadis Cina, Lie Gouw Nio. Namun Tjonat bisa dikalahkan oleh Thio Sing Sang, kekasih si gadis. Pers banyak mengecam film ini karena tidak menyukai ceritanya yang penuh kekerasan. Tetapi menurut Kwee Tek Hoay (kritikus film), yang penting adalah bagaimana film Cina bisa hidup. Dia juga optimis, dibaginya film dalam dua bagian akan mendapat sambutan yang memuaskan dari masyarakat.

Tjerita Rossina
Cerita bersambung dalam surat kabar Bintang Betawi karya F.D.J. Pangemanan yang diterbitkan pada tahun 1903. Tjerita Rossina juga telah dipentaskan di panggung komidi bangsawan di kota besar di pantai utara Jawa, pantai timur Sumatera, Singapura, dan Malaya. Balai Pustaka menerbitkan cerita ini atas nama Toelis Soetan Pati dengan menyebutkan "dipetik dari karangan Tuan F.D.J. Pangemanan". Ada juga tulisan plagiat H.F.R. Kommer yang terbit dengan judul Rossinna (dengan 2 n), kemungkinan ditulis setelah Pangemanan meninggal dunia (1910). Menurut Pramoedya Ananta Toer, karya tiruan ini merupakan plagiat yang sangat kasar dan memperlihatkan kemandulan plagiator di bidang imajinasi, karena ia hanya melakukan perubahan pada bagian atas. Jumlah dan susunan alinea dan kalimat hampir tidak berbeda. Walaupun UU Hak Cipta baru diberlakukan di Hindia Belanda pada tahun 1912, hal itu tidak mengurangi pelanggaran moril di bidang seni. Tjrita Rossinna milik H.F.R. Kommer dicetak oleh Bataviasche Snelpersdrukkerij Kho Tjeng Bie & Co, Pantjoran Batavia (Java), 1910.

Njerita Rossina berkisah tentang seorang Rossina, budak dari Bali, milik Van der Ploegh. Rossina yang cantik harus bersedia dinikahkan dengan Apol, budak tua yang jelek karena Nyonya van der Ploegh takut suaminya akan direbut oleh Rossina. Nyonya ini pernah membakar tangan Rossina gara-gara membuat anaknya, sinyo Jantje menangis. Apol yang melihat semua itu tumbuh dendamnya, ingin membunuh nyonya yang kejam itu. Pada suatu hari ketika nyonya Ploegh bersama anak-anaknya pergi bertamasya ke Kebon Binatang Mas di Ancol, Rossina memutuskan untuk lari ikut dengan Djojo yang dicintainya. Apol yang tidak menemukan istrinya mengira bahwa Rossina telah dibunuh nyonyanya. Dengan marah dia membunuh nyonya Ploegh dan anak-anaknya. Ketika mau ditangkap tuan Ploegh, Apol bisa melarikan diri. Untung tak dapat diraih malang tak bisa ditolak, Rossina yang memutuskan lari dengan Djojo, yang mengaku juragan kayu ternyata hanya seorang kepala perampok yang kejam. Apol dalam pelariannya masih terus berusaha mencari Rossina. Di sebuah hutan antara Betawi dan Bogor, tanpa sengaja ia mendengar pembicaraan kawanan perampok si Djojo dengan Siman yang baru saja menculik nona Annie. Siman mau mengambil Rossina sebagai istri karena Djojo sudah punya nona Annie. Apol kemudian melaporkan gerombolan perampok itu kepada tuan van der Laan, kekasih nona Annie. Cerita diakhiri dengan pernikahan Laan dengan Annie dan diberikannya surat pembebasan kepada Apol dan Rossina.

Sumber: http://www.jakarta.go.id

0 komentar:

Posting Komentar