Jumat, 26 Agustus 2011

Mayor Frans Karepouwan Lebih Takut Tinju Kolonel D.J Somba

BATALION ' R ' JIN KASUANG ' dari kiri kekanan : ? , Telly Karepouan [ anak dari komandan BATALION Bpk FRANS KAREPOUAN ] , Frits Malilangkay , Ocky Senduk , Ronny Senduk , Bobby Kaunang , Eddy Lumowa [ diatas kuda], yang jongkok pegang senjata Nico Mamuaya. Foto: Koleksi Erwin
Sepenggal Kisah Nyata Seputar Instruksi Dhar-004/Aprev-Permesta

Oleh: Erwin Saderac Pioh

Secara singkat isi instruksi DHAR-004 adalah; pemindahan pasukan ADREV-Permesta WK.III/Brigade Pancasila dibawah Kolonel (ADREV/Permesta) W. Tenges yang berlokasi di Minahasa atau KDP-II ADREV-Permesta ke Wilayah Gorontalo dan Sulawesi Tengah ke bekas Wilayah RTP-Anoa/ADREV-Permesta. Tetapi instruksi ini akhirnya dibatalkan setelah berbagai pertimbangan oleh pucuk pimpinan APREV-Permesta.

Tetapi sebuah lelucon terjadi seputar setelah pembatalan instruksi DHAR-004. Di markas WK.III di Tangkunei para perwira WK.III dan beberapa perwira staff KDPII/ADREV-Permesta berkumpul untuk pemberitahuan mengenai pembatalan instruksi. Hadir waktu itu termasuk komandan-komandan Batalion dari WK.III dan beberapa komandan unit-unit otonom. Tepat setelah pemberitahuan pembatalan belum semua komandan Batalion hadir, yaitu; Komandan Batalion R/”Jin Kasuang” Mayor (ADREV-Permesta) Frans Karepouwan. Pada saat itu munculah ide Kolonel (ADREV/Permesta) untuk mengerjai Komandan Batalion R/”Jin Kasuang,” dan memberi tahu yang lain di Markasnya untuk ikut skenerionya.

Tak lama Kemudian Komandan Batalion R; Mayor (ADREV-Permesta) Frans Karepouwan dan peleton kawalnya muncul di markas WK.III dan melapor ke Komandan WK.III; Kolonel (ADREV-Permesta) W. Tenges.

Terjadi Percakapan:

“Lapor Komandan (sambil memberi hormat), Batalion R/Jin Kasuang melapor kesiapan ikut rapat Instruksi DHAR-004,” Mayor Karepouwan melapor.

Kolonel Tenges (dengan raut wajah serius) berkata, “Dipersilahkan mengambil tempat Mayor….” Dia lanjut bicara, “Begini Frans saya jelaskan, sebelumnya anda sudah tahu-kan, lewat tembusan kawat sebelumnya tentang rencana operasi ADREV-Permesta DHAR-004?

“Siap, komandan…” balas Mayor Karepouwan.

Kolonel Tenges lalu berujar, “Ini rinciannya;…Bahwa kita pasukan WK.III harus hijrah ke wilayah pertempuran baru, ke tempat wilayah yang telah di tinggalkan RTP-“Ular Hitam” dan RTP-“Anoa” ADREV/Permesta-tepatnya di Gorontalo dan sebagian wilayah Sulawesi Tengah, kedua wilayah tersebut sekarang ini sebagian besar-nya berada dalam pengawasan musuh, dan dalam pemenuhan instruksi ini kita pasukan WK.III harus se-segera mungkin berangkat ke-sana!”

“Dan Frans, Batalion anda saya perintahkan berada paling depan dari formasi Brigade WK.III, sekarang segera siapkan Batalion R untuk persiapan operasi…”

“Komandan, ijin untuk bicara,” kata Mayor Karepouwan sambil mengangkat tangan kanannya.

“Ya, dipersilahkan…”

“Komandan,…saya siap melaksanakan perintah, tapi coba komandan pikir! Dari mana perlengkapan kita untuk kesana, apakah kita sudah memiliki tambahan amunisi dan personel?? Kita Batalion R di daerah kasuang itu saja sangat kesulitan logistik, untung-untungan diberikan makanan dari rakyat sekitar yang bersimpati kepada pasukan ADREV-Permesta,…”

Dia juga bicara dalam dialek Manado, ”Eh masa komandan nyanda tau? Torang di Batalion R kadang ja makang tentara pusat(TNI-Jawa) kalo dorang lewat patroli pa torang pe daerah, kong skarang dorang so jarang lewat,….kong bagimana torang mo pindah ke Gorontalo-Sulawesi Tengah sekitar 400 kilo meter dari sini, apa tu KSAD so Gila?!

Kolonel Tenges dan lain-lainnya di Markas WK.III tertawa terbahak-bahak. Sementara Mayor Frans masih dalam raut wajah serius terus berbicara....

Tak lama setelah gelak tawa tersebut, Kolonel Tenges memberitahukan yang sebenarnya. Bahwa Instruksi DHAR-004 telah dibatalkan, dan untuk itulah rapat singkat itu diadakan.

Tak lama kemudian Mayor Frans Karepouwan berkata, “Kurang ngajar, batal kote’ kwa…, sudah kalo bagitu kita deng pengawal pengawal so mo bale ke Batalion, jang Tentara Pusat tahu kita nda ada di Batalion kong dorang patroli.”

Kolonel Tenges balas berujar, “Iyo, Frans batal torang mo pigi. Hehehehehehehehe kita cuma mo test pa ngana pe kesiapan.… Oke dipersilahkan kembali ke Batalion.”

Setelah memberi hormat ke komandan WK.III Mayor Frans Karepouwan segera melangkah keluar markas dan di ikuti peleton kawalnya sambil masih mendengar tawa senda gurau dari beberapa staff WK.III.

Tak lama kemudian seorang Perwira Staff berseru, “Kalo bagitu jang lupa Mayor Frans tangka banya banya tu TNI for Brigade pe logistik.”

Suara gelak tertawa kembali terdengar sementara Mayor Frans melangkah pergi.  Sambil menggerutu dan berseru kepada mereka, dia berkata, ”So Gila tu rencana DHAR-004! deng ngoni lei so saraf kurang da tatawa!”

Tertawa pun semakin keras mengiringi langkah Mayor Frans Karepouwan dan peleton kawalnya. Dia sempat berkata kepada anak buahnya, “Kurang ngajar! Dorang Kolonel Tenges so beking badot pa kita ini hari.” Pengawal-pengawalnya berusaha menyembunyikan senyum geli dan tak berani tertawa.

Pada tahun 1958 sampai 1961, wilayah tugas Batalion R/ “Jin Kasuang”/WK.III/KDP-II ADREV-Permesta berada di ruas jalan antara Tomohon-Tondano. Batalion pimpinan Mayor (ADREV-Permesta) Frans Karepouwan ini sangat ditakuti oleh TNI di wilayah tersebut. Hampir semua patroli TNI di wilayah tersebut diserang setiap berpatroli. Banyak personil TNI hilang di daerah ini dan tak pernah diketahui lagi keberadaanya sekalipun telah dilakukan pencarian setelah perang Permesta. Gara-gara itu, Batalion “R” ADREV-Permesta itu dijuluki oleh TNI asal Jawa sebagai  “Jin Kasuang,” sebuah kekecualian nama julukan yang didapat bukan dari kalangan pasukan Permesta, atas keberanian bertempur dan kengerian yang mereka timbulkan terhadap lawan. Kengerian yang mereka timbulkan bukan tanpa sebab; beberapa sebab adalah perlakuan pasukan TNI sendiri terhadap daerah pendudukan dengan menyiksa tawanan sampai mati, melakukan pembunuhan terhadap rakyat sipil yang memberi makan pasukan Permesta, dan perkosaan di desa-desa. Hal hal ini dilakukan TNI karena semata-mata menutupi kekalahan mereka. Juga karena semakin banyaknya korban di pihak mereka dan perang tak kunjung dimenangkan oleh pasukan TNI/pemerintah pusat Jakarta, sekalipun TNI menguasai Kota-kota Strategis di Sulawesi Utara dan Maluku Utara.

Dalam pertemuan dengan ex-Overstee (ADREV-Permesta) W. Sigar yang kemudian pensiun Kolonel TNI, pada sebuah acara di tahun Januari 2004 di tempat dari ex-KSAD (ADREV-Permesta) H. N. V Sumual, W. Sigar menjelaskan jumlah korban yang signifikan yang pernah dilihatnya dalam Arsip-Arsip KOSTRANAS pada awal-awal 1980-an ketika beliau bertugas disana. Dari total unit-unit TNI-AD yang bertugas di perang Permesta tercatat kehilangan kurang lebih 17,000 personil di luar dari mereka yang luka-luka dan invalid. Dalam rincian tersebut juga disebut ada beberapa batalion dari KODAM V/Brawijaya di isi kembali personilnya sampai 3-4 kali karena pernah ada Batalion tersisa 1 kompi jumlah personilnya dari awal diberangkatkan dari pulau Jawa. Bahkan ada kompi dalam Batalion yang pernah tinggal Komandan Kompi-nya yang hidup.

Pasukan Batalion R/”Jin Kasuang” akhirnya dapat ditertibkan akhir 1960 setelah sebuah kunjungan oleh Panglima KDP II/Minahasa, Kolonel (ADREV-Permesta) D. J Somba ke markas mereka. Dia memperingatkan mereka untuk menghentikan bentuk-bentuk perang urat-saraf yang melampaui batas-batas. 

Pada suatu hari, dalam sebuah jamuan makan di Markas Batalion R/”Jin Kasuang,” Panglima KDP II/Minahasa Kolonel (ADREV-Permesta) D.J Somba tidak memakan makanan yang disiapkan. Dia khawatir jangan menu makanannya mengandung daging Tentara Pusat/Jakarta. Sambil tetap memperhatikan Komandan Batalion R/”Jin Kasuang” melahap makanannya, panglima Somba memperingatkan bahwa dia akan meninju mereka apabila kedapatan atau ada laporan tentang cara-cara mereka tersebut.

Rupanya Tinju Kolonel (ADREV-Permesta) D. J Somba lebih ditakuti Batalion R/Jin Kasuang. Mengingat, konon tinju Kolonel (ADREV-Permesta) D.J Somba pernah membuat seekor sapi pusing dan roboh. Sekali saja sang Kolonel meninju, sapi itu roboh!

(tulisan ini dikutip dari grup suararakyatminahasa@groups.facebook.com, atas seizin penulisnya dan telah dilakukan editing oleh pengelola blog Minahasaku)

3 komentar:

  • harapanindah travel says:
    26 Desember 2012 pukul 04.28

    hehe...mantap jin kasuang,suatu cerita lucu di kengerian perang Permesta,sy generasi muda Minahasa sangat salut dengan keberanian pejuang Permesta dulu,semoga prjuangan mereka tidak sia-sia melainkan menjadi tonggak masa depan Minahasa, I Jajat U Santi...Merdeka Hidup Permesta!!!

  • Unknown says:
    29 Mei 2019 pukul 05.11

    Mantap..legenda permesta.

  • Unknown says:
    13 Juli 2020 pukul 21.58

    Pasti ada depe lucu2 😂😂

Posting Komentar