Selasa, 20 Desember 2011

Selamat Berlayar Professor A.B. Lapian, ‘Nakhoda Maritim Asia Tenggara’


Oleh: Achmad Sunjayadi

“Bagus,” jawab pria itu sambil tersenyum ketika saya mengutarakan niat ingin meneliti zeerovers (bajak laut) yang tercantum dalam Dagh Register milik VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie). “Apalagi jika saudara bisa membaca sumber-sumber lain dari bahasa aslinya. Saya sendiri hanya membaca sumber sekunder,” sambungnya lagi dengan nada merendah. Saya tidak yakin dengan kata-katanya mengingat pria itu adalah seorang guru besar yang menguasai bahasa Belanda, Inggris, Jerman, Prancis dan Portugis. Pria itu adalah Professor A.B. Lapian. Disertasinya yang berjudul Orang Laut-Bajak Laut-Raja Laut: Sejarah Kawasan Laut Sulawesi Abad XIX dipuji oleh Professor Sartono Kartodirdjo sebagai karya cemerlang. “Only the best is good enough”, tulis Professor Sartono Kartodirdjo yang juga menjadi promotor Lapian.

Ketika itu saya baru pulang dari Belanda dan mendapatkan banyak bahan mengenai bajak laut sehingga tertarik untuk menelitinya. Sebelum kembali ke Makassar, JJ Rizal mengajak saya menghadiri seminar mengenai VOC dan Indonesia di Jakarta. Sebelumnya ketika masih di Belanda, Professor Blusse dari Universiteit Leiden di ruang kantornya mengatakan bahwa dia akan ke Jakarta menghadiri sebuah seminar. Rupanya seminar itu yang dia maksud.

Usai pertemuan dengan Professor A.B. Lapian inilah yang menumbuhkan niat saya untuk kembali ke kampus dan menekuni sejarah. Namun, rupanya saya tak sempat menimba ilmu dari beliau secara langsung. Saya hanya berkesempatan ‘berdialog’ melalui karya-karyanya dalam bentuk artikel di berbagai buku dan kumpulan artikel yang belum dibukukan.

Karya-karya beliau memang luar biasa. Professor Lapian tidak hanya membahas sejarah maritim (pelayaran) yang menjadi magnum opusnya, revolusi kemerdekaan hingga meletusnya gunung Krakatau dan Tambora pun beliau angkat menjadi tulisan menarik.

Pertemuan berikutnya terjadi di Metromini 640, jurusan Tanah Abang-Pasar Minggu. Dengan baju kemeja putih lengan pendek dan tas hitam, sosoknya tampak masih segar dan kuat. Kami hanya mengangguk. Beliau duduk di bagian depan, saya di belakang. Ketika itu saya baru pulang mengajar di Erasmus Taalcentrum di Kuningan. Memang, seperti Onghokham, Professor A.B. Lapian ini lebih suka naik transportasi umum. Ketika hendak turun di perempatan yang menuju arah Universitas Nasional, Professor A.B. Lapian sempat menengok ke arah saya sambil menganggukkan kepala dan tersenyum. Saya balas anggukannya sambil merasa heran apakah beliau masih ingat seorang anak muda kurus yang sok tahu ingin meneliti bajak laut masa VOC (Wallahu alam)

Hari Selasa, 19 Juli 2011, Professor A.B. Lapian ‘Nakhoda Sejarah Maritim Asia Tenggara’ yang pada 5 Juli 2011 lalu dianugerahi gelar Sejarawan Utama telah meninggalkan kita untuk selama-lamanya namun tidak dengan karya-karya dan jasa-jasanya. Masih banyak tugas yang belum diselesaikan. Namun, ‘kapal’ harus terus berlayar.

0 komentar:

Posting Komentar